• adminadmin
  • November 6, 2023
  • 0 Comments

Dilansir dari portal bisnis.com, harga minyak kelapa sawit yang melemah sepanjang tahun berharap mengalami perubahan pada tahun depan dengan mengambil peluang dari kondisi gejolak geopolitik dan El Nino.

Trading Economics mencatat harga minyak kelapa sawit telah mengalami penurunan 9,61% sejak awal 2023 berdasarkan perdagangan Contract of Difference (CFD). Adapun harga minyak sawit per 2 November 2023 turun 13% secara tahunan menjadi MYR3.773 per ton.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono mengakui sepanjang 2023, kinerja industri kelapa sawit diakui tidak semulus pada 2022. Musababnya, windfall komoditas strategis ini telah berlalu.

Eddy menyebut penurunan harga minyak sawit juga telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Merosotnya harga minyak sawit, dipicu oleh melemahnya daya beli akibat adanya pelemahan ekonomi di berbagai negara importir minyak sawit. Sementara di sisi lain, stok di negara-negara produsen melimpah.

Kendati demikian, Eddy mengatakan para pengusaha optismistis harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) akan bullish pada tahun depan. Dia menuturkan, salah satu faktor mendasari optimisme para pengusaha yakni adanya fenomena El Nino pada tahun ini mengerek produksi tahun depan. Di sisi lain, dengan adanya fenomena El Nino, diproyeksikan harga minyak sawit akan turut terkerek seiring dengan kurangnya pasokan.

“Kami yakin dengan kebijakan pemerintah yang tepat, industri kelapa sawit dapat tumbuh dengan mantap di tengah dinamika pasar dan perekonomian,” kata Eddy saat membuka Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/11/2023).

Lebih lanjut, Eddy mengatakan peluang kenaikan harga CPO di tengah gejolak konflik geopolitik global sebelumnya telah terjadi di tahun lalu. Pasalnya, invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan hambatan pasokan energi dan pangan hingga mendongkrak harga komoditas, termasuk CPO.

“Kita tidak berharap sih konflik yang terjadi membuat ekonomi global jadi jelek. Tapi kita harus memanfaatkan peluang yang ada,” ungkapnya.

Eddy mengatakan permintaan minyak nabati dari pembeli di luar negeri cenderung terjadi secara rutin karena masuk dalam kebutuhan sehari-hari. Namun, dia menekankan bahwa konflik geopolitik berkepanjangan yang menyebabkan krisis ekonomi secara global juga berisiko pada penurunan permintaan.

“Ekonomi dunia menurun itu pasti permintaan turun, contohnya waktu Covid itu permintaan turun. Jangan sampai berkepanjangan itu tidak bagus,” kata Eddy.

Dilansir dari Bloomberg, Ekonom Pertanian dan Direktur Pelaksana Gleanuk Economics, Julian McGill mengatakan fenomena El Nino diperkirakan memangkas seperlima dari total produksi kelapa sawit Indonesia.

Menurutnya, kondisi itu akan menyebabkan tidak adanya pertumbuhan produksi kelapa sawit Indonesia pada tahun depan.

“Namun belum cukup untuk menunjukkan penurunan besar dalam output. Kita perlu terus memantau defisit kelembaban tanah,” jelasnya.

Di sisi lain, kondisi geopolitik, harga bahan bakar fosil, perang di Ukraina dan Timur Tengah diprediksi akan menjadi pendorong utama perbaikan harga CPO.

 Meningkatnya harga minyak bumi cenderung mendorong lebih banyak permintaan terhadap bahan bakar yang berasal dari tanaman seperti kelapa sawit dan kedelai. Indonesia, lanjutnya, dengan mandatori untuk meningkatkan penggunaan minyak sawit sebagai campuran solar hingga 35% pada 2023 dan rencana peningkatan 40% diproyeksikan bakal mengerek harga CPO lebih lanjut.

Sentimen Negatif Masih Membayangi Kendati terdapat optimisme untuk harga minyak sawit ke depannya, tapi sejumlah sentimen negatif masih akan membayangi tekanan terhadap harga minyak sawit.

CEO Westbury Group dari Pakistan Abdul Rasheed Janmohamed mengatakan melimpahnya pasokan minyak biji bunga matahari dari Kawasan Laut Hitam, Rusia, Ukraina akan menjadi sentimen negatif bagi harga minyak nabati lainnya. Dia menuturkan, harga sunflower oil saat ini di Pakistan lebih rendah dari minyak kedelai. Hal itu membuat harga-harga minyak nabati lainnya ikut turun.

“Mereka [sunflower oil] lebih rendah US$100 dolar dari minyak kedelai. Itu lah kenapa dia menarik harga minyak nabati lain,” ujar Rasheed di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Nusa Dua, Bali, Jumat (3/11/2023).

Di lain pihak, tren demografis dan munculnya alternatif bahan bakar terbarukan telah menekan permintaan minyak nabati dari China.

Analis Industri dan Pertanian Global, Bloomberg Intelligence, Alvin Tai mengatakan China telah mengalami penurunan populasi pertamanya dalam satu dekade terakhir pada 2022. Tingkat kelahiran di China di tahun lalu mencapai rekor terendah yakni 6,7 kelahiran dari 1.000 penduduk. Fenomena itu menyebabkan persentase jumlah penduduk China berusia di atas 40 tahun mencapai sekitar 45%.

Menurut Alvin, berdasarkan riset yang dilakukan, konsumsi minyak goreng di kalangan usia 30-an cenderung berkurang dengan alasan kesehatan.

“Tren konsumsi minyak goreng di China hampir mendekati puncaknya, mencapai 9 kilogram per kapita,” Alvin mengatakan, elektrifikasi kendaraan menjadi berbasis baterai listrik juga mempengaruhi permintaan minyak nabati untuk bahan bakar atau biofuel.

Selain itu, kehadiran potensi sel fuel hidrogen menjadi sumber energi transportasi juga berisiko menurunkan penggunaan minyak nabati. Dia pun memperkirakan, permintaan minyak sawit oleh China kepada Indonesia maupun India akan mengalami perlambatan.

Alvin memperkirakan, permintaan minyak sawit oleh China di tahun depan hanya berkisar 9 – 10 juta ton. Kendati begitu, Alvin menegaskan bahwa perlambatan permintaan tidak hanya terjadi pada minyak makan (edible oil).

Menurutnya, degradasi penduduk di China juga akan menekan konsumsi dan permintaan produk pangan lainnya. Sementara untuk memulihkan populasi, kata Alvin memerlukan waktu setidaknya 1-2 dekade.

“Saya pikir tidak akan ada banyak perubahan. Ini [permintaan] tidak akan meningkat seperti yang kita lihat dalam 20 tahun terakhir,” katanya. (bisnis)

  • adminadmin
  • November 3, 2023
  • 0 Comments

Dilansir dari portal berita suara.com, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) terus mengakselerasi pembentukan subholding lainnya, yakni PalmCo dan SupportingCo., setelah sukses membentuk SugarCo pada tahun 2021.

Aksi-aksi korporasi ini dilakukan sebagai bagian dari transformasi menyeluruh yang dilakukan Kementerian BUMN terhadap perusahaan-perusahaan di bawah naungannya.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menyampaikan, pangan dan energi akan menjadi isu penting di masa yang akan.

Hal ini akibat munculnya dinamika dan tantangan global, seperti konflik Ukraina Rusia, ketegangan geopolitik, dan global warming.

Di sisi lain, ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan masih relatif tinggi guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan stabilisasi harga.

“Karena itu, impor harus terus dikurangi di masa yang akan datang. Potensi Indonesia untuk menenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan juga sangat besar dan perlu dioptimalkan. Kami meyakini, pembentukan subholding ini akan mampu mengatasi tantangan yang ada,” ujar Abdul Ghani ditulis Jumat (3/11/2023).

Saat ini, secara konsolidasi luas lahan sawit PTPN Group adalah 600 ribu hektar yang tersebar di sepuluh PTPN. Sedangkan untuk lahan tebu seluas 173 ribu hektare, terdiri dari 53 ribu HGU dan sisanya tebu rakyat yang dikelola oleh tujuh PTPN.

Pembentukan subholding, ujar Ghani, dilakukan dalam rangka, antara lain, untuk akselerasi sinergitas, optimalisasi sumber daya lebih mudah diintegrasikan, dan memperkuat daya saing PTPN sebagai instrumen negara.

“Holdingisasi sawit (PalmCo) bukan semata merjer. Ada program lanjutan, yaitu hilirisasi untuk menghadirkan minyak goreng 1,8 juta ton pada 2026 sehingga bisa memenuhi 40 persen kebutuhan minyak goreng domestik,” tutur Ghani.

Ghani menyampaikan, sebagai BUMN, PTPN mengemban berbagai penugasan, termasuk jika dibutuhkan di pasar untuk kepentingan negara. Dia menegaskan, berbagai aksi korporasi yang dilakukan holding di klaster perkebunan dan kehutanan tetap berada di bawah komando dan pengawasan pemerintah sebagai pemegang saham.

Dampak Positif

Aksi-aksi korporasi yang tengah dilakukan PTPN Group dinilai banyak pihak sebagai sebuah terobosan penting. Pembentukan subholding PalmCo, misalnya, Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr. mengatakan, rencana pembentukan PalmCo akan memberikan dampak positif bagi masa depan industri sawit nasional serta mendorong kemajuan industri sawit Indonesia.

Menurut Suryo, keberadaan PalmCo akan menjaga stabilitas harga minyak goreng domestik. Beberapa tahun belakangan sering terjadi kelangkaan supply dan tingginya harga minyak goreng di pasaran.

“PalmCo dibentuk, salah satunya karena arahan presiden tentang ketahanan pangan nasional, khususnya terkait pemenuhan minyak goreng dalam negeri dan ini adalah fokus utama dari PalmCo. Kita berharap, PalmCo mampu meningkatkan produksi minyak goreng curah dalam negeri dan meningkatkan produksi CPO,” kata Suryo.

Suryo memperkirakan, produksi minyak goreng akan meningkat dari 460.000 ton/tahun pada 2021 menjadi 1,8 juta ton/tahun, atau empat kali lipat, pada 2026 lewat pembentukan PalmCO.

“Untuk dapat menyeimbangkan bisnis dan melayani kebutuhan masyarakat, maka caranya adalah dengan meningkatkan produktivitas kebun sendiri, meningkatkan produktifitas kebun rakyat, dan hilirisasi komoditas dalam minyak goreng,” ucap Suryo.

Hal senada juga disampaikan Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D. Dia mengatakan, PalmCo akan memberikan dampak pembangunan yang signifikan bagi bangsa karena saat ini Indonesia masih membutuhkan agent of development, khususnya di bidang kelapa sawit.

“PalmCo akan menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar kelapa sawit dunia yang akan menciptakan pemerataan hasil perekonomian berkelanjutan. Karena PalmCo berkomitmen mengembangkan wilayah, mengurangi kesenjangan, dan menjamin pemerataan melalui program peremajaan sawit yang akan berdampak pada sekitar 120 ribu petani plasma beserta keluarga yang didukung melalui program replanting,” ujar Jaka.

Berbagai aksi korporasi yang dilakukan PTPN Group juga mendapat dukungan dari kementerian dan lembaga terkait, antara lain Kemenko Bidang Perekonomian terkait perubahan daftar program strategis nasional (PSN), Kementerian Sekretariat Negara dan Kementerian BUMN perihal penerbitan PP pengurangan struktur permodalan terkait integrasi PRPN Goup, serta Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian ATR/BPN, dan Kementerian Keuangan, yang berkaitan dengan kewenangannya masing-masing.

  • adminadmin
  • November 3, 2023
  • 0 Comments

Beberapa pengusaha kopi mengatakan kopi arabika berkualitas tinggi kini semakin sulit didapat di Indonesia. Perubahan iklim membuat kondisi optimal untuk menanam kopi sulit terpenuhi.

Jika Anda meminta rekomendasi kopi berkualitas tinggi kepada Rakhmad S. Saputra, pemilik kedai Tador Coffee di Pasar Minggu, dia akan merekomendasikan kopi arabika dari Kerinci, Sumatera Barat.

Kopi tersebut, disajikan dengan metode V60, memiliki karakter rasa tidak begitu pahit dan beraroma buah-buahan beri, dengan wangi yang tersisa di lidah setelah ditelan. Itu salah satu kopi single origin paling berkualitas yang pernah saya coba.

Tapi jika dua-tiga tahun lalu Anda menanyakan hal yang sama, Putra – begitu dia biasa dipanggil – bisa jadi akan merekomendasikan kopi yang berbeda.

“Sebelum Covid, sekitar tahun 2016-2018, kopi dengan rasa-rasa yang unik itu murah dan mudah didapat. Nah, kalau sekarang kecenderungannya itu rasa asli kopi dari suatu daerah yang konsisten saja kita harus cari, butuh lebih banyak effort. Enggak segampang itu lagi kita mendapatkannya,” kata Putra.

Sebagai barista berpengalaman, Putra tidak biasa menjabarkan kopi berdasarkan asal daerah – misalnya kopi Sumatra, kopi Aceh, dan sebagainya – tetapi berdasarkan ketinggian. Sampai lima tahun yang lalu, dia kerap mencari suplai kopi pada ketinggian 1.300-1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Namun dia mengatakan para petani yang menanam kopi pada ketinggian tersebut mulai mengalami masalah-masalah yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Diduga, penyebabnya adalah perubahan iklim.

“Laporan dari petani bahwa memang gagal panen atau jumlah produksi turun itu karena cenderung tanaman itu rusak. Jadi hama lebih kuat sama perubahan suhu di malam hari yang bikin tanaman ini jadi punya penyakit,” kata Putra.

Keadaan itu memaksa Putra untuk mencari kopi ke tempat yang lebih tinggi, 1800-2000 mdpl. Pria berusia 40 tahun itu merasa bahwa kopi dengan kualitas baik dan cita rasa yang baik sekarang semakin langka dan harganya semakin mahal, kata Putra.

“Kalau sekarang kecenderungannya adalah beli luar biasa mahal dengan kualitas yang kita harapkan atau beli kebanyakan dan kita enggak betul-betul bisa jamin bahwa kopi ini … seperti yang kita harapkan,” ujarnya.

Senjakala kopi arabika?

Indonesia adalah produsen kopi terbanyak keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, menurut International Coffee Organisation (ICO). Sedangkan dalam konsumsi, Indonesia ada di peringkat ketujuh.

Kopi pertama kali dibawa ke Indonesia pada abad ke-17 oleh penjajah Belanda. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan perkebunan kopi pertama di Pulau Jawa, dan begitu sukses sehingga secangkir kopi pernah dikenal sebagai “a cup of Java”. Belakangan, perkebunan kopi menyebar ke pulau-pulau lain seperti Sumatra dan Celebes (Sulawesi).

Dewasa ini, kopi Indonesia digemari oleh banyak pecinta kopi di dunia. Kopi Indonesia – terutama yang berasal dari Sumatra, Jawa, dan Sulawesi – terkenal dengan cita rasa kuat serta aroma tanah dan buah-buahan yang nikmat.

Ada dua jenis kopi yang banyak ditanam di Indonesia, robusta dan arabika. Kopi robusta memiliki kandungan kafein yang relatif tinggi, 2,2-2,7%, dan terkenal dengan rasanya yang pahit — atau, kalau kata orang kebanyakan, lebih nendang.

Kopi robusta lebih banyak digunakan dalam kopi komersial, dikonsumsi dalam bentuk kopi instan atau minuman campuran seperti kopi susu yang populer di kalangan konsumen Indonesia.

Kebanyakan kopi yang diproduksi di Indonesia, sekitar 80%, adalah kopi robusta dan sisanya kopi arabika, menurut Gabungan Ekspor Kopi Indonesia (GAEKI).

Sedangkan arabika memiliki kandungan kafein yang lebih rendah dari robusta yaitu 1,2-1,5%. Namun demikian, kopi jenis ini memiliki cita rasa yang beragam – lebih asam, lembut, atau beraroma seperti buah-buahan

Kopi arabika kerap dipasarkan sebagai kopi unggulan dari daerah tertentu — misalnya Kopi Gayo, Kopi Bali Kintamani, Kopi Mandailing, dan Kopi Toraja. Beberapa jenis kopi arabika memiliki cita rasa yang begitu tinggi, sehingga dinobatkan sebagai specialty.

Tanaman kopi arabika tumbuh dengan baik di tempat yang tinggi, di atas 1000 mdpl. Karena itu, jenis kopi ini lebih rentan dengan perubahan iklim.

Bahkan saintis memprediksi bahwa, dalam skenario terburuk, kopi arabika liar dapat punah pada tahun 2080. Studi lainnya menunjukkan setidaknya 60% spesies kopi di dunia (tidak hanya robusta dan arabika) terancam punah.

Para saintis memperkirakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan kopi arabika akan semakin sulit dipenuhi akibat perubahan iklim, berujung pada pengurangan produktivitas hingga gagal panen. Dampaknya, volume kopi berkualitas yang bisa didapatkan oleh para pengusaha kopi juga berkurang.

Hal ini tampaknya telah mulai dirasakan oleh beberapa pengusaha kopi di Indonesia. Salah satunya Stefan Setiadi Tanuwijaya, pemilik kafe dan roastery Two Hands Full, yang berspesialisasi di kopi-kopi Grade 1 dan specialty.

“Jadi kalau kita bicara top of the top gitu ya, main kualitas paling atas, kualitas specialty untuk single varietas terutama – jadi yang tidak di-blend (campur) – masing-masing varietas sendiri itu turun secara volume ya,” kata Stefan ketika saya temui di Bandung, Juli lalu.

Menurut Stefan, suhu yang semakin panas dan lonjakan hama yang diakibatkannya telah membuat produktivitas maupun kualitas cupping beberapa varietas kopi menurun.

Suhu yang terlalu panas juga membuat biji kopi kering lebih cepat, menyebabkan perubahan pada profil rasanya.

“Saya ngerasa banget, terutama proses natural. Proses natural tuh kalau terlalu agresif [pengeringannya] dia bisa jadi keluar quality [rasa] kacang yang sebenarnya saya sih tidak terlalu suka ya,” ungkapnya.

Stefan tidak khawatir bisnis kopinya akan terganggu oleh dampak dari perubahan iklim karena varietas-varietas baru akan terus diciptakan.

Namun, dia menyayangkan bahwa rasa-rasa kopi yang sekarang kita nikmati mungkin tidak akan ada lagi di masa depan.

Dampak perubahan iklim

Dampak perubahan iklim amat dirasakan oleh Wildan Mustofa, pemilik perkebunan kopi Java Frinsa Estate di Pangalengan, Jawa Barat.

Wildan ingat ketika dia tumbuh dewasa di kota dataran tinggi itu pada tahun 1990-an, dia jarang melihat hewan seperti cicak, nyamuk, atau semut – karena iklim yang sangat dingin. Sekarang, dia mulai sering menemukan mereka.

Pria paruh baya itu menjelaskan, dewasa ini fluktuasi cuaca telah menjadi semakin ekstrem — kalau kemarau kering, kering sekali; kalau hujan, lebat sekali. Kondisi ini berimbas ke tanaman kopi.

Dahulu di 1.200 (mdpl) itu masih aman, tidak ada serangan hama pengerek buah kopi (PBKo). Sekarang di bulan-bulan tertentu, mungkin sekali setiap 2-3 tahun itu saya temukan ada PBKo (penggerek buah kopi) di ketinggian 1600 (mdpl).

“Jadi kayaknya karena (suhu) udaranya naik, akhirnya serangga itu menjadi semakin ke atas,” kata Wildan ketika dikunjungi BBC News Indonesia pada penghujung musim panen, Juli lalu.

Petani dapat merespons perubahan ini dengan menanam kopi semakin ke atas, imbuh Wildan, namun itu akan merambah kawasan hutan lindung, yang berisiko mengganggu fungsi lingkungannya — selain merupakan tindakan yang ilegal.

Akibat fluktuasi cuaca ekstrem serta berbagai dampak turunannya, produktivitas per hektare di kebun Wildan cenderung menurun. Dia berkata dalam tiga tahun terakhir ini ada penurunan signifikan karena hujan terus-menerus sepanjang tahun.

Di samping itu, buah-buah kopi juga jadi lebih tersebar sehingga butuh lebih banyak waktu dan biaya untuk memanennya.

“Panennya udah dikit, kemudian waktunya jadi lebih lama sehingga biaya panennya menjadi lebih mahal. Biaya ngolahnya, jemur seperti ini menjadi lebih mahal. Kita perlu pakai greenhouse (rumah kaca) seperti ini supaya tidak kehujanan,” Wildan menjelaskan.

Produksi yang lebih rendah serta panen yang lebih lama berakibat biaya panen yang lebih tinggi, dan ujung-ujungnya harga jual biji kopi jadi semakin mahal. Menurut Wildan, hal itu membuat kopi Indonesia jadi kurang kompetitif di pasar global.

“Ketika [harga kopi] dunia turun, malah [harga kopi] kita naik terus sehingga sekarang harga lokal menjadi jauh lebih tinggi daripada harga internasional,” kata Wildan.

“Jadi sekarang ini harga kopi, baik Arabika maupun Robusta, itu menjadi lebih mahal daripada harga dulu. Dan ini tidak balik lagi gitu. Sempat turun karena pandemi aja setelah itu naik lagi, stabil terus dari tahun 2010 saya lihat tren harganya naik terus,” dia menambahkan.

Selain harga, menurut Wildan, kualitas kopi juga terdampak. Banyak penelitian menemukan bahwa perubahan dalam paparan cahaya, ketinggian, tekanan air, temperatur, karbon dioksida, dan manajemen nutrisi dapat memengaruhi kualitas kopi.

Dampak perubahan itu adalah peningkatan atau penurunan metabolit sekunder dan atribut-atribut sensorik yang menentukan cita rasa kopi.

“Nah sekarang ini dengan semakin tingginya suhu, semakin naik, artinya kopi di ketinggian 1.500 [mdpl] sekarang itu enggak sebagus kopi ketinggian 1.500 [mdpl] di 10, 20, atau 30 tahun yang lalu. Berkurang, menurun kualitasnya,” kata Wildan.

Menurut International Coffee Organisation (ICO), Indonesia termasuk empat besar produsen kopi dunia namun produksinya masih kalah jauh dari para pesaingnya – Vietnam, Brasil, Kolombia.

Teknik kultivasi yang sebagian besar masih tradisional disebut menjadi faktor-faktor yang menyebabkan produktivitas kopi Indonesia rendah. Itu memperparah, atau setidaknya tidak membantu, persoalan yang diakibatkan oleh perubahan iklim, menurut Wildan.

“Sebetulnya ada perbaikan, tapi kecepatan kita memperbaiki kalah sama kecepatan perubahan iklim. Orang lain mungkin bisa merangkak naik produktivitasnya. Kita malah merangkak turun begitu,” ujarnya.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) Ichwan Nursidik mengatakan dampak perubahan iklim sudah dirasakan di negara-negara penghasil kopi lainnya seperti Brazil dan Colombia.

Namun, kendati produksi turun, permintaan kopi dunia terus naik secara konstan sehingga harga kopi tetap tinggi. Kopi sekarang telah menjadi bagian dari gaya hidup tidak hanya di Indonesia, tapi juga di beberapa negara Asia.

Dengan banyaknya permintaan, menurut Ichwan, penurunan kualitas tidak menjadi masalah.

“Jadi kalau harga tinggi, itu biasanya kualitas secara rata-rata itu akan cenderung turun karena banyak permintaan dengan kopi sedikit agak rendah [kualitasnya] pun itu laku dijual. Otomatis petani ‘ngapain susah-susah bikin kopi yang bagus’,” ujarnya.

Bagaimanapun, Ichwan percaya bahwa kopi-kopi premium atau Grade 1 dapat tetap mempertahankan kualitasnya.

“Mereka [petani dan pengusaha kopi] akan tetap mengolah kopi karena mereka sudah punya brand,” ujarnya.

Pelan-pelan akan berkurang

Fitrio Ashardiono, peneliti perubahan iklim dari Ritsumeikan University di Jepang, telah meneliti kopi di Indonesia sejak tahun 2016. Dia memulai penelitiannya di Solok, Sumatera Barat, lalu di Ijen, Jawa Timur, dan sekarang sedang berlangsung di Bondowoso, Jawa Timur.

Menurut Fitrio, variasi iklim yang ekstrem berdampak pada berkurangnya produksi kopi. Supaya volume produksi tetap, kata Fitrio, petani melakukan cara-cara seperti “petik pelangi” – tidak hanya memetik ceri kopi yang sudah merah tapi juga yang masih berwarna kuning dan hijau, yang belum begitu matang.

“Walau produksi akan tetap sama, tetapi kalau [petikan] merah, kuning dan hijau itu [dihitung] jumlahnya mungkin pelan-pelan yang kuning dan hijau makin banyak, jadi otomatis kualitas akan turun pelan-pelan,” dia menjelaskan.

Fitrio juga menjelaskan bahwa variasi iklim yang tidak bisa diprediksi dapat berdampak pada pemrosesan biji kopi. Setelah dipetik, kopi biasanya dijemur di bawah sinar matahari sebelum dibawa ke roastery (pemanggangan) untuk menjadi biji kopi yang siap untuk digiling dan diseduh.

“Sebenarnya dari seluruh proses kopi, yang paling susah itu adalah proses natural dengan proses washed. Itu memerlukan penjemuran dengan matahari alami,” Fitrio menjelaskan.

Proses natural, juga dikenal sebagai dry process, adalah proses pengeringan ceri kopi dalam bentuk utuh di bawah sinar matahari. Sementara dalam proses washed, kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan, dengan cara merendamnya dalam air dan menggunakan mesin depulper (pengupas).

“Dengan adanya perubahan iklim, otomatis iklim pun tidak bisa diprediksi; kadang-kadang tiba-tiba hujan… jadinya keringnya tidak sesuai yang ditargetkan — otomatis ini rasa akan berubah,” kata Fitrio.

Ada indikasi bahwa penurunan cita rasa ini juga dirasakan di negara tempat Fitrio belajar, di Jepang, dia menambahkan.

Beberapa roaster di Jepang yang saya interview – mereka ngomongin [kopi] Afrika – misalnya mereka beli satu kopi tertulis 1.700 [mdpl], tetapi pas mereka tasting rasanya sudah seperti 1.500 [mdpl]. Ini anekdotal ya. Buat mereka, mereka merasa bahwa semakin lama kopi itu rasanya semakin drop. Karena semakin hangat, menurut saya,” ungkapnya.

Perubahan kondisi agroklimat

Dodo Gunawan, pakar iklim di Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (sekolah kedinasan di bawah BMKG) menjelaskan bahwa pemanasan global telah menyebabkan perubahan kesesuaian agroklimat. Wilayah yang beberapa tahun lalu cocok untuk menanam komoditas pertanian tertentu, sekarang sudah tidak cocok lagi.

Dan ini berlaku untuk hampir semua komoditas, imbuhnya, tidak hanya kopi. Contohnya, Apel Malang dahulu pernah terkenal; namun suhu udara yang semakin menghangat di kota di Jawa Timur itu sekarang sudah tidak cocok lagi untuk menanam apel.

Kalau hewan, ia akan berpindah untuk mencari kesesuaian yang baru buatnya. Tapi karena tanaman itu tidak bisa berpindah sendiri, maka ia akan merespons dengan produknya.

“Respons atas tidak sesuainya lokasi karena iklimnya sudah berubah, maka dia akan menjadi berkurang produksinya,” tutur Dodo.

Dia menambahkan, indikasi lainnya perubahan iklim adalah fluktuasi cuaca ekstrem sekarang semakin sering terjadi dan intensitasnya semakin tinggi.

Data dari 91 stasiun pengamatan BMKG menunjukkan tren peningkatan rata-rata suhu udara dari tahun 1981, serta anomali yang positif (lebih panas) sejak 2011. (Suhu udara periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26.8 °C dan suhu udara rata-rata tahun 2022 adalah sebesar 27.0 °C.) https://flo.uri.sh/visualisation/15515146/embed?auto=1

Pemodelan oleh Schroth dkk yang diterbitkan di jurnal ilmiah Regional Environmental Change pada 2015 memperkirakan bahwa pada 2050, setelah dampak perubahan iklim benar-benar terasa, luas area yang secara iklim dan topografi cocok untuk menanam kopi Arabika akan berkurang sepertiganya dari area yang cocok untuk produksi saat ini (sekitar 360.000 ha).

Namun, mereka juga mengamati bahwa tidak semua area yang cocok untuk menanam kopi saat ini benar-benar digunakan untuk menanam kopi. Oleh karena itu, perkiraan area yang cocok untuk kopi Arabika di tahun 2050 (240.000 ha) akan masih 30% lebih besar dari area yang digunakan saat ini.

Para ilmuwan berpandangan bahwa berkurangnya produksi akibat perubahan iklim dapat dikompensasi dengan menanam kopi di area yang masih cocok secara iklim di luar zona produksi saat ini.

Cara adaptasi

Untuk menjaga cita rasa, para pengolah kopi menggunakan cara-cara seperti honey process dan bereksperimen dengan berbagai teknik fermentasi.

Fitrio memandang, cara-cara ini adalah taktik untuk beradaptasi, ketika rasa yang “seharusnya” sudah mulai susah untuk didapatkan.

Cara lainnya, yang disarankan Putra, adalah mengembangkan kopi robusta yang lebih tahan perubahan iklim.

Beberapa penggiat kopi sudah mulai menjajal potensi kopi robusta untuk dikembangkan ke level specialty, dengan menyebutnya fine robusta.

Bagaimanapun, bagi beberapa penikmat kopi yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan cita rasa kopi arabika, prospek kehilangan kopi ini tidak menyenangkan.

“Memang kalau kita ngomong kopi sih, jatuh cinta kopi karena flavor ya, rasa. Memang so far sih flavor-nya Arabika itu masih belum bisa di-replace (digantikan) sama robusta ya karena beda profil sekali lah gitu,” kata Stefan.

“Jadi kalau memang kita strict (ketat), misal saya gitu strict dengan nyari profil Arabika, ya mungkin suatu saat akan ada limitasinya. Kayak ya… Enggak bisa lagi gitu,” ujarnya. (bbc)

  • adminadmin
  • November 3, 2023
  • 0 Comments

Dilansir dari portal bisnis.com, Pelaku usaha menaruh kewaspadaan terhadap kinerja industri kelapa sawit pada 2024, meskipun harga diprediksi bullish. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono mengakui sepanjang 2023, kinerja industri kelapa sawit diakui tidak semulus pada 2022. Musababnya, windfall komoditas strategis ini telah berlalu.

“Dari segi harga, harga pada tahun ini tidak sebaik tahun lalu,” ujar Eddy saat membuka Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/11/2023).

Eddy menyebut penurunan harga minyak sawit juga telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Merosotnya harga minyak sawit, dipicu oleh melemahnya daya beli akibat adanya pelemahan ekonomi di berbagai negara importir minyak sawit. Sementara di sisi lain, stok di negara-negara produsen melimpah.

Trading Economics mencatat harga minyak kelapa sawit telah mengalami penurunan 9,61% sejak awal tahun 2023 berdasarkan perdagangan Contract of Difference (CFD). Adapun harga minyak sawit per 2 November 2023 turun 13% secara tahunan menjadi MYR3.773 per ton.

Kendati begitu, Eddy mengatakan para pengusaha masih menyimpan kepercayaan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) akan bullish pada 2024. Adapun salah satu faktor mendasari optimisme mereka yakni adanya fenomena El Nino di tahun ini yang akan mempengaruhi produksi di tahun depan. Ketika pasokan berkurang akibat El Nino akan mengerek harga minyak sawit di pasar global.

Sayangnya, momentum harga bullish dibayangi oleh kondisi produksi dalam negeri. Eddy menyebut Indonesia sebagai minyak sawit terbesar dunia justru mengalami stagnasi dalam hal produksi. Adapun data yang dihimpun Gapki dalam lima tahun terakhir sejak 2018, rata-rata produksi minyak sawit termasuk di dalamnya CPO dan PKO sebesar 50,6 juta ton.

Dia menjelaskan, stagnasi produksi salah satunya disebabkan oleh lambatnya kemajuan dalam penanaman kembali (replanting) kebun milik petani kecil. Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat pada 2021 total areal perkebunan sawit milik petani rakyat mencapai 6,08 juta hektare. Meskipun pemerintah bakal terus menerapkan B35 dan peningkatan konsumsi pangan dan industri dalam negeri, Eddy menyebut stok minyak sawit Indonesia pasti akan rendah.

Eddy menambahkan, pengusaha berharap agar pemerintah menerapkan kebijakan yang tepat untuk mempertahankan optimisme untuk menyambut peluang perdagangan kelapa sawit di 2024. “Kami yakin dengan kebijakan pemerintah yang tepat, industri kelapa sawit dapat tumbuh dengan mantap di tengah dinamika pasar dan perekonomian,” kata Eddy.(Bisnis)

  • adminadmin
  • November 3, 2023
  • 0 Comments

Dilansir dari Antara, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merilis empat varietas unggul baru tanaman pinang, tembakau, dan kakao, dengan harapan bisa berkontribusi terhadap peningkatan nilai ekspor komoditas perkebunan.

Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Dwinita Wikan Utami mengatakan tanaman perkebunan saat ini masih menjadi andalan bagi pendapatan nasional dan berpotensi mendulang devisa Indonesia.

“Riset, inovasi dan kolaborasi dengan berbagai mitra masih sangat diperlukan untuk peningkatan produktivitas tanaman perkebunan dalam mendongkrak nilai ekspor komoditas perkebunan,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Pada 25-27 Oktober 2023 keempat varietas baru itu berhasil dilepas dalam sidang pelepasan varietas tanaman perkebunan semester II tahun 2023 yang digelar oleh Direktorat Perbenihan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan).

Varietas Pinang Wangi Sikucua adalah varietas lokal hasil kerja sama BRIN dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman di Sumatera Barat. Keunggulan varietas itu memiliki jumlah tandan yang lebih banyak dibandingkan varietas pinang yang telah dirilis sebelumnya.

Selain itu, kata dia, varietas baru pinang tersebut memiliki wangi pandan pada daging buah, kulit buah, mayang bunga, daun, batang dan akarnya. Potensi benihnya dari 650 PIT sebanyak 369.407 butir per tahun. Jumlah tersebut dapat memenuhi kebutuhan benih untuk pengembangan atau peremajaan seluas 256,76 hektare per tahun.

Kemudian varietas baru Tembakau Kemloko 7 dan Kemloko 8 dilepas sebagai varietas hasil pemuliaan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung dan Balai Standarisasi Instrumen Pertanian Tanaman Pemanis dan Serat Kementan. 

Tembakau Temanggung merupakan tembakau aromatis yang digunakan sebagai bahan baku utama rokok kretek. Keunggulan varietas baru tembakau itu lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri (R. solanacearum) dan cendawan (P. nicotianae), serta moderat tahan terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp).

Sedangkan varietas kakao BB1 dilepas sebagai varietas hasil pemuliaan kerja sama dengan PT Mars Symbioscience Indonesia. Varietas kakao BB1 (Buntu Batu 1) yang ditanam oleh petani Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, memiliki keunggulan dapat menghasilkan nilai buah yang lebih tinggi.

Analisis finansial usaha tani kakao klon BB1 menunjukkan tingkat kelayakan yang tinggi. Produktivitas varietas kakao baru dapat menghasilkan lebih dari 2 hingga 3,5 kilogram biji kering per pohon dari umur empat sampai 25 tahun.

Sebagai upaya untuk mempercepat pengembangan kakao BB1, saat ini telah dibangun kebun entres kakao berlokasi di Stasiun Riset Kakao Desa Tarengge, Kecamatan Wottu Luwu, seluas 0,5 hektare dengan populasi 1.000 pohon dan di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. (Antara)

  • adminadmin
  • November 3, 2023
  • 0 Comments

Dilansir dari portal berita vibiznews.com, Harga gula di bursa komoditi berjangka New York pada hari Rabu ditutup naik, terpicu kekhawatiran pembatasan ekspor gula Thailand mendorong harga lebih tinggi.

Harga gula kontrak bulan Maret 2024 berakhir naik 1,55% pada 27,51.

Pada hari Selasa, wakil menteri perdagangan Thailand mengatakan negaranya akan mengkategorikan gula sebagai komoditas yang dikendalikan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga keamanan pangan, yang berarti bahwa panel peraturan akan diperlukan untuk menyetujui ekspor gula Thailand sebanyak satu ton atau lebih.

Produksi gula yang lebih kecil dari Thailand, eksportir gula terbesar kedua di dunia, memberikan kenaikan harga setelah Thai Sugar Millers Corp pada hari Rabu memproyeksikan produksi gula Thailand pada tahun 2023/24 bisa turun -36% y/y ke level terendah dalam 17 tahun di 7 MMT karena kekeringan parah. Sepanjang tahun ini, curah hujan di Thailand jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan permulaan sistem cuaca El Nino dapat semakin mengurangi curah hujan selama dua tahun ke depan. Thailand adalah produsen gula terbesar ketiga di dunia.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga gula akan mencermati penurunan produksi dan rencana pembatasan ekspor gula dari Thailand, yang jika terus berlanjut akan meningkatkan harga gula. Namun perlu dicermati aksi profit taking setelah harga gula baik 2 hari berturut-turut. Harga gula diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance 27,72-28,00. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support 27,28-27,14. (vibiznews)

  • adminadmin
  • October 27, 2023
  • 0 Comments

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X melalui anak usahanya PT Energi Agro Nusantara (Enero) berkomitmen penuh mendukung Program Strategis Nasional (PSN) Ketahanan Energi Nasional melalui pengimplementasian bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan. Tahun 2023 ini, PT Enero menyiapkan 1.900 Kilo Liter bietanol fuel grade untuk diserap Pertamina sebagai bahan campur untuk Pertamax Green. Saat ini Enero memiliki kapasitas 100 Kilo Liter Per Day (KLPD).

“Saat ini 50% kapasitas pabrik kami optimalkan untuk memproduksi fuel grade, sisanya kami gunakan untuk produksi ENA Grade,” terang Puji Setiyawan Direktur PT Enero dalam keterangan tertulisnya.

Tahun 2024 mendatang, 70% hingga 80% kapasitas PT Enero akan digunakan untuk produksi fuel grade. Peningkatan produksi akan dilakukan seiring dengan besarnya serapan bioetanol dari Pertamina. PT Enero sendiri siap untuk memproduksi bioetanol fuel grade dengan mengoptimalkan kapasitas pabriknya.

“Sampai saat ini, Pertamina baru mengambil 60 Kilo Liter untuk kebutuhan Pertamax Green, sebagai uji coba di beberapa pom bensin di Surabaya dan Jakarta. Harapannya pengambilan bioetanol fuel grade bisa segera dilakukan secara bertahap dan kontinyu, sehingga Pertamax Green bisa segera diaplikasikan,” tambah Puji.

Pencampuran bietanol dalam bahan bakar kendaraan ini sudah diuji keamanannya, sehingga tidak akan merusak mesin kendaraan. Keberhasilan penerapan bioetanol dalam bahan bakar ini sudah dilakukan di beberapa negara seperti Brazil dan Thailand. Bioetanol yang diproduksi PT Enero berasal dari tetes tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula, dimana 4 Kilogram tetes dapat menghasilkan 1 Liter Bietanol. Bioetanol sendiri memiliki prospek menjanjikan ke depannya. Pemerintah akan merencanakan pembangunan empat pabrik bioethanol di wilayah Sumatra dan Jawa sampai dengan tahun 2028. Pembangunan pabrik bioetanol ini untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia, khususnya sebagai bahan campur untuk Pertamax Green.

  • adminadmin
  • October 27, 2023
  • 0 Comments

Wujudkan Proyek Strategis Nasional program PSR PTPN VI Jambi menandatangani kesepakatan bersama dengan UD Bahar Satria, KUD Tani Jaya Reformasi dan, Gapoktan Mulya Indah untuk Peremajaan kebun Sawit Selasa (17/10) di ruang Sawit Lantai 3 gedung PTPN VI Jambi.

“PSR ini merupakan proyek strategis nasional, kami mendukung dan berkontribusi penuh terhadap PSR ini. Kita melakukan ini dengan sistem plasma,” kata SEVP Operation PTPN VI, Oshutri Anwar dalam keterangan tertulis yang dikirimkan.

Mendukung kelancaran dan kesuksesan program PSR ini, PTPN VI juga menandatangani kesepakatan penyediaan Bibit Kelapa sawit dengan PT Eluon Solution Indonesia perusahaan penyedia bibit sawit yang terakreditasi.

“ Karena dilakukan dengan sistem plasma, kami akan melakukan pembinaan serta penyuluhan mulai dari pemberkasan, pengajuan, penyediaan bibit serta pemasaran hasil produksi kebun kelapa sawit rakyat ini “, terang Oshutri Anwar.

PSR merupakan program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit dengan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas serta mengurangi risiko pembukaan lahan illegal.

Hadir dalam kegiatan tersebut SEVP Operasional PTPN VI Oshutri Anwar, Satria H Dasori KUD Bahar, Kholiq Ketua Gapoktan Mulya Indah, dan H Khudori ketua KUD Tani Jaya Reformasi dengan disaksikan Dr Rahmad Darmawan Kabid Pemberdayaan Disbun Jambi.

  • adminadmin
  • October 26, 2023
  • 0 Comments

Gambar ilustrasi gudang gula PT Sinergi Gula Nusantara. Kredit Foto: SGN/Istimewa

Menyikapi maraknya tindak penipuan yang mengatasnamakan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dalam aktivitas penjualan gula belakangan ini, manajemen menegaskan tidak memiliki akun market place di platform media sosial. “Beberapa laporan menyebut dugaan penipuan penjualan gula melalui market place yang mengatasnamakan PT Sinergi Gula Nusantara, untuk itu kami menyampaikan bahwa proses penjualan produk SGN hanya melalui lelang yang dilakukan Divisi Pemasaran Kantor Pusat SGN. Kami saat ini tidak menjual melalui market place dan retail” terang Wakhyu Priyadi Siswosumarto Corporate Secretary PT Sinergi Gula Nusantara melalui keterangan rilis Rabu (11/10) di Jakarta.

“Tahun ini kami belum melakukan penjualan retail dan masih menjual secara bulky dengan volume penjualan minimal 500 ton. Untuk informasi terkait pembelian produk dapat menghubungi email marketing@sinergigula.com. Karena itu kami menghimbau kepada mitra pembeli gula, para pihak dan masyarakat untuk berhati-hati dalam melakukan transaksi pembelian gula terhadap pihak-pihak yang mengatasnamakan PT Sinergi Gula Nusantara. Selanjutnya bila ada yang dirugikan atas proses pembelian diluar sistem PT Sinergi Gula Nusantara kami sarankan untuk melaporkan kepada yang berwajib”, terangnya lebih lanjut.

Terkait dengan laporan kepada manajemen atas tindak penipuan tersebut, SGN akan melaporkan kepada pihak berwenang agar diusut tuntas.

Terhadap laporan yang masuk atas tindak penipuan yang mengatasnamakan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) dalam aktivitas penjualan gula, kami akan menindaklanjuti dan melaporkan kepada pihak berwenang ” terang Herman Kepala Divisi Legal PT Sinergi Gula Nusantara. PT Sinergi Gula Nusantara memproduksi gula kristal putih (GKP) dan tetes tebu (mollases) dari 36 pabrik gula yang dikelola dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat dan mewujudkan kemandirian pangan serta energi.

“Pemerintah telah mengeluarkan Perpres nomor 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati untuk membantu terwujudnya ketahanan pangan melalui swasembada gula nasional serta ketahanan energi. SGN mendapat mandat untuk mewujudkannya melalui produksi yang berkelanjutan ”, kata Aris Toharisman Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara. (Jo)