Upaya rekayasa genetik dalam rangka menghasilkan bibit tebu terbaik telah menjadi perhatian PTPN III (Persero) sejak lama. Melalui anak perusahaannya, Regional 4 PTPN I tercatat telah membuktikan keberhasilan dalam sejarah perkembangan varietas tebu. Keberhasilan tersebut tercetus dari hasil temuan varietas NXI 4T oleh Pusat Penelitian (Puslit) Sukosari bekerja sama dengan Universitas Jember.

Varietas NXI 4T merupakan tebu transgenik pertama di dunia yang memiliki karakteristik masak lambat, dan spesifikasi untuk tanah tahan kering. Kemunculan varietas NXI 4T merupakan bagian dari inovasi Puslit Sukosari Regional 4 PTPN I menyikapi adanya pergeseran lahan.

“Lahan kita bergeser, karena harga gula rendah jadi untuk menyewa lahan yang kelas satu itu tidak mampu. Akhirnya bergeser ke lahan tegalan, dan keterbatasannya air kan. Sehingga dibutuhkan varietas yang tahan kering. Salah satu keberhasilan kami untuk meningkatkan produktivitas di lahan-lahan yang kurang tersebut melalui varietas NXI 4T ini,” terang Nanik Tri Ismadi Manajer Puslit Sukosari.

Nanik juga menambahkan bahwa varietas tersebut telah dikembangkan dari kultur jaringan, pembibitan sampai tebu giling dari Regional 4 PTPN I.

“Sudah mulai dikembangkan dari kultur jaringan, pembibitan sampai tebu giling, tinggal komersialisasi di petani saja. Rendemennya bahkan tinggi, bisa 7 sampai 11 dan protasnya tinggi, lebih dari tetuanya bisa 90 sampai 200 ton/ha. Di tahun 2019 kami sudah membuktikan, hasilnya bagus,” imbuhnya.

Tebu varietas NXI 4T ini bahkan telah banyak dilirik oleh beberapa negara seperti India, Afrika, dan Filipina. Lebih lanjut, tebu NXI 4T juga telah mengantongi sertifikasi keamanan lingkungan dari Menteri Lingkungan Hidup, Keamanan Pangan dari BPOM, serta telah disahkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No 4571/Kpts/SR 120/8/2013 tentang pelepasan tebu Produk Rekayasa Genetika sebagai varietas unggul bernama NXI 4T.

Melalui varietas NXI 4T ini Regional 4 PTPN I berharap dapat menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan yang ada di Indonesia, dan secara bersamaan tetap bisa memberikan kontribusi positif terhadap tingkat produktivitas tebu serta ketahanan gula nasional.